Consumer & Retail Banking
Consumer & Retail Banking
Artikel
2025-10-02

5 Puasa Sunnah Paling Utama: Dalil, Niat, dan Keutamaannya

Puasa tidak hanya hadir di bulan Ramadan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan teladan dengan menjalankan berbagai macam puasa sunnah sepanjang tahun. Amalan ini bukan hanya menambah pahala, tetapi juga membantu membersihkan hati, melatih kesabaran, sekaligus menumbuhkan empati kepada sesama. Dari sekian banyak puasa sunnah, ada lima yang paling utama dan dianjurkan, masing-masing dengan keutamaan dan doa niat khusus yang bisa diamalkan.

 

1. Puasa Senin dan Kamis

 

Rasulullah SAW rutin berpuasa di hari Senin dan Kamis. Dikutip dari muslim.or.id, Beliau bersabda “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan ghorib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan. Syekh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih lighoirihi yaitu sahih dilihat dari jalur lainnya).

 

Bagi seorang muslim, puasa ini tidak hanya melatih tubuh, tetapi juga menjaga konsistensi ibadah di awal dan menjelang akhir pekan.

 

Niat untuk hari Senin:

 نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ ٱلإِثْنَيْنِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yaumal itsnaini sunnatan lillahi ta‘ala.

 

Niat untuk hari Kamis:

 نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ ٱلْخَمِيسِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yaumal khamiisi sunnatan lillahi ta‘ala.

 

Puasa ini bukan sekadar kebiasaan mingguan, melainkan cara Rasulullah menjaga hubungan dengan Allah pada saat amal manusia diangkat kepada-Nya.

 

2. Puasa Ayyamul Bidh

 

Setiap pertengahan bulan Hijriah, tepatnya pada tanggal 13, 14, dan 15, umat Islam dianjurkan berpuasa. Tiga hari ini disebut Ayyamul Bidh atau “hari-hari putih” karena bertepatan dengan purnama. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Berpuasa tiga hari setiap bulan adalah seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Puasa ini ringan untuk dilakukan, tetapi pahalanya besar.

 

Niatnya dibaca sebagai berikut:

 نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ ٱلْبِيضِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ayyamil bidh sunnatan lillahi ta‘ala.

 

Menariknya, hanya dengan tiga hari dalam sebulan, seorang muslim bisa mendapatkan pahala seolah-olah berpuasa sepanjang tahun.

 

3. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

 

Setelah Ramadan berakhir, umat Islam dianjurkan melanjutkan dengan enam hari puasa di bulan Syawal. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).

 

Puasa ini bisa dilakukan berurutan atau terpisah, selama masih berada di bulan Syawal.

 

Niatnya:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ للهِ تعالى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sittatin min syawwal lillahi ta’ala

 

Dengan melaksanakan puasa ini, seolah-olah Ramadan masih berlanjut, menjadikan ibadah tidak terputus hanya karena bulan berganti.

 

4. Puasa Arafah

 

Bagi yang tidak sedang berhaji, puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah adalah kesempatan emas. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim).

 

Niatnya dibaca sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala

 

Hari Arafah menjadi momentum pengampunan besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yaitu ketika seorang hamba bisa meraih penghapusan dosa selama dua tahun hanya dengan satu hari puasa.

 

5. Puasa Tasu’a dan Asyura

 

Di bulan Muharram, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari ke-9 (Tasu’a) dan hari ke-10 (Asyura). Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab: “Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim, No: 1977).

 

Dikutip dari MUI, berikut niat puasa Tasu’a dan Asyura.

 

Niat Puasa Tasu'a
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ

“Aku berniat puasa sunnah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”

 

Niat puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ

“Aku berniat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah SWT.”

 

Jika niatnya dilakukan pada saat siang hari, sebelum tergelincirnya matahari maka lafalnya sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ

“Aku berniat puasa sunnah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”

 

Puasa ini sarat makna, karena pada hari Asyura, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa dari Firaun. Dengan berpuasa, umat Islam diajak menghidupkan kembali rasa syukur atas nikmat dan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

 

Lengkapi Puasa Sunnah dengan Sedekah

 

Puasa sunnah tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menumbuhkan empati kepada mereka yang kekurangan. Saat tubuh merasakan kosongnya perut, hati akan lebih mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain. Karena itu, sedekah menjadi pelengkap sempurna setelah berpuasa.

 

Melalui Hijrah Amal di Muamalat DIN, seorang muslim dapat menyalurkan sedekah, zakat, maupun wakaf dengan mudah dan sesuai syariah. Semua bisa dilakukan melalui satu aplikasi yang praktis.

 

Dengan puasa sunnah hati menjadi lebih bersih, dan dengan berbagi melalui Hijrah Amal hidup menjadi lebih berkah.
 

Baca Juga :