Consumer & Retail Banking
Consumer & Retail Banking
Artikel
2025-03-13

Ini 4 Ayat Al-Quran tentang Puasa Ramadan

Ramadan adalah bulan yang sangat berarti bagi Muslim di seluruh dunia. Puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tapi juga momen untuk merenung, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Berikut ini ada empat ayat Al-Qur’an yang memberi pemahaman tentang pentingnya puasa dan aturan-aturan yang berlaku selama bulan suci ini.

 

1. Surah Al-Baqarah Ayat 183

 

   يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَععَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”  

 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa puasa bukanlah hal yang baru, tetapi sudah menjadi kewajiban yang diterapkan pada umat-umat terdahulu. Dengan menggunakan kata “diwajibkan atas kalian”, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan bahwa berpuasa adalah suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar.

 

Namun, lebih dari sekadar kewajiban, tujuan utama puasa adalah untuk mencapai takwa, yaitu kesadaran diri yang terus-menerus akan kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Takwa dalam hal ini bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang memperbaiki hati, memperbaharui niat, dan meningkatkan keimanan dalam setiap aspek kehidupan kita.

 

Ramadan menjadi momen penting bagi kita untuk merenung, memperbaiki diri, dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan berpuasa, kita tidak hanya menahan lapar, tetapi juga membuka hati untuk menerima petunjuk-Nya yang membawa kita menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna.

 

2. Surat Al-Baqarah Ayat 184

 

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

 

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

 

Ayat ini memberikan kemudahan bagi umat Islam yang menghadapi kondisi tertentu, seperti sakit atau dalam perjalanan, yang membuat puasa menjadi sulit dilaksanakan. Bagi kita yang tidak dapat berpuasa karena alasan tersebut diwajibkan untuk menggantinya di hari-hari lain setelah Ramadan.

 

Untuk mereka yang sangat kesulitan menjalani puasa, seperti orang tua atau yang mengalami kondisi tertentu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan keringanan berupa fidyah, yaitu memberi makan orang miskin sebagai pengganti puasa yang tidak dapat dijalankan.

 

Namun, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga mengingatkan kita bahwa meskipun ada kelonggaran ini, berpuasa tetaplah pilihan yang lebih utama dan lebih baik. Puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan.

 

Dalam konteks ini, ayat ini mengajarkan kita tentang kebijaksanaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memberi ruang bagi umat-Nya untuk memilih jalan terbaik dalam beribadah, sambil tetap mengedepankan keikhlasan dan kebaikan hati. Meskipun ada jalan alternatif seperti fidyah, berpuasa tetap menjadi yang terbaik jika kita mampu menjalankannya.

 

3. Surat Al-Baqarah Ayat 185

 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

 

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.”   

 

Ayat ini mengungkapkan betapa istimewanya bulan Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah, di dalamnya Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Ramadan menjadi momen yang tidak hanya terkait dengan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui pemahaman dan pengamalan Al-Qur'an.

 

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga memberikan keringanan bagi mereka yang sedang sakit atau dalam perjalanan, memperbolehkan mereka untuk mengganti puasa yang terlewat di hari-hari lain. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menginginkan kemudahan, bukan kesulitan, dan itulah bukti kasih sayang-Nya kepada umat-Nya.

 

Ramadan juga mengajarkan kita untuk bersyukur atas nikmat-Nya, dengan melengkapi jumlah puasa dan mengagungkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala petunjuk yang telah diberikan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Ramadan adalah waktu yang penuh kesempatan untuk memperbaharui niat, meningkatkan kualitas ibadah, dan merasakan kedekatan dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sambil memperkuat ketakwaan kita melalui ketaatan dan kesyukuran.

 

4. Al-Baqarah Ayat 187

 

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

 

Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa."

 

Ayat ini menjelaskan tentang aturan yang mengatur hubungan antara suami dan istri selama bulan Ramadan, khususnya terkait dengan makan, minum, dan hubungan intim. Pada siang hari selama berpuasa, hubungan intim antara suami dan istri dilarang, tetapi Allah menghalalkan hal tersebut setelah berbuka puasa pada malam hari. Konsep "pakaian" dalam ayat ini menunjukkan betapa pentingnya saling melengkapi dan menjaga kehormatan pasangan.

 

Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita untuk makan dan minum hanya sampai fajar menyingsing, saat tampak jelas perbedaan antara benang putih dan benang hitam (tanda waktu imsak). Puasa harus dilanjutkan hingga malam hari, tepat saat maghrib, saat berbuka tiba. Jika seseorang beri'tikaf di masjid (melakukan ibadah di masjid), hubungan suami-istri tidak diperbolehkan hingga i'tikaf selesai.

 

Ayat ini menggambarkan kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa serta batasan-batasan yang harus dipatuhi. Allah mengetahui kondisi umat-Nya, bahkan jika terkadang ada kesalahan, Dia menerima taubat dan memberikan ampunan. Pada akhirnya, tujuan dari semua ketentuan ini adalah untuk mencapai ketakwaan, yaitu kesadaran yang mendalam akan ketaatan dan kedekatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

 

Makin Tingkatkan Takwa di Bulan Puasa

 

Alhamdulillah, dengan mengetahui ayat-ayat Al-Qur'an tentang puasa, kita diingatkan untuk menahan diri dan memperbaiki kualitas ibadah kita. Selain itu, dalam menjalani Ramadan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kemudahan dan kelonggaran bagi mereka yang membutuhkan.

 

Selain membaca ayat-ayat di atas, di bulan suci ini, saatnya lebih banyak mengaji Al-Qur'an dengan praktis di mana pun dan kapan pun melalui fitur Al-Qur'an di Muamalat DIN. Mari temukan kemudahan dalam beribadah dan meningkatkan ketakwaan setiap hari.
 

Baca Juga :